ZONA-DAMAI.COM – Perkembangan media sosial (medsos) di Indonesia sudah seperti nasi yang menjadi kebutuhan pokok. Menurut data yang dipublikasikan We Are Social, perusahaan asal Inggris, pada Januari 2020, terungkap bahwa 175,4 juta penduduk Indonesia telah menggunakan internet dan 160 juta telah menggunakan medsos dari total 272,1 juta keseluruhan penduduk.

Artinya, jika dipersentasekan, ada sekitar 59% jumlah penduduk Indonesia yang aktif menggunakan medsos. Dari total pengguna medsos itu, Youtube menjadi platform yang paling banyak diakses di Indonesia dengan 88%, diikuti Whatsapp 84%, Facebook 82%, Instagram 79, Twitter 56%, dan Line 50%.

Di tengah pandemi covid-19, konsumsi medsos masyarakat cenderung meningkat. Hal ini lantaran adanya kebijakan physical distancing yang dikeluarkan pemerintah. Alhasil, aktivitas komunikasi masyarakat Indonesia lebih banyak dilakukan di medsos. Bahkan, sebagian besar masyarakat tidak hanya menggunakan medsos sebagai media komunikasi, tapi juga sumber informasi yang dipercayai.

Padahal, tidak semua yang diunggah di medsos merupakan berita yang valid atau malah bisa jadi berita hoaks (informasi yang tidak benar). Parahnya lagi, pengunggah medsos tidak tahu jika informasi yang disebarkan merupakan berita hoaks. Hal ini lantaran kebanyakan pengguna medsos tidak mengecek kebenaran informasi yang didapatkan terlebih dahulu. Bahkan, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), hingga 5 Mei 2020, mencatat sebanyak 1.401 konten hoaks dan disinformasi terkait covid-19 yang beredar di masyarakat.

Berita hoaks dapat merugikan orang lain dan memengaruhi pola pikir penerima berita. Penyebar berita hoaks pun tidak begitu saja luput dari jeratan hukum. Di Indonesia sudah ada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dapat menjerat perilaku pengguna medsos yang melanggar UU tersebut. Oleh karena itu, pengguna medsos harus cermat dan bijak dalam mengunggah informasi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengunggah informasi di medsos agar kita tidak menjadi bagian dari penyebar berita hoaks.

Pertama, jangan hanya membaca judul, tapi harus keseluruhan informasi. Berita hoaks biasanya menggunakan judul yang provokatif. Pengguna medsos yang enggan membaca keseluruhan informasi biasanya hanya membaca judul, lalu memercayai informasi itu dan menyebarkan sesuai dengan kesimpulan judul yang dibaca.

Padahal, terkadang judul dan keseluruhan informasi acap kali berbeda. Oleh karena itu, membaca kritis keseluruhan informasi harus dilakukan pengguna medsos.

Kedua, mengecek sumber berita. Banyak informasi beredar luas di medsos. Kebanyakan, informasi yang valid disertai dengan sumber yang jelas sehingga pembaca berita bisa mengecek informasi sebenarnya melalui alamat situs resmi dari media yang tepercaya.

Perlu dicatat, apabila situs yang tercantum menggunakan domain blog, informasi yang disajikan masih belum dapat dikatakan valid. Jadi, apa yang harus dilakukan?

Pengguna medsos harus mencari informasi serupa yang terdapat di media-media tepercaya. Jika informasi yang terdapat di medsos itu tidak ada atau berlainan dengan informasi di situs resmi, dapat dikatakan informasi yang bersumber dari medsos tersebut hoaks atau disinformasi.

Sebagai contoh, yang kerap terjadi di Whatsapp ialah adanya pesan yang tidak diketahui sumbernya dan berlabel anonim, berkeliaran di grupgrup Whatsapp.

Dalam menyikapi hal ini, pengguna medsos yang tidak bijak biasanya akan ikut emosional dan langsung menyebarkan ke grup-grup Whatsapp lainnya dan itu akan berlangsung terusmenerus.

Ketiga, membandingkan informasi dari medsos dengan beberapa media massa. Jika dirasa masih belum meyakinkan terhadap kebenaran suatu informasi pada satu situs, pengguna medsos dapat mengecek di situs yang lain dengan membandingkan fakta yang diusung. Jika informasi yang terdapat di beberapa media sama, dapat dipastikan informasi tersebut valid.

Namun, jika masih terdapat perbedaan informasi yang signifi kan, perlu diverifikasi lebih lanjut. Biasanya dalam beberapa waktu kemudian akan muncul penjelasan resmi dari pihak atau institusi terkait yang bertujuan meluruskan informasi.

Di era teknologi seperti saat ini, penggunaan medsos tidak bisa lagi dapat terben dung dan dihindari. Mau atau tidak, sebagai masyarakat yang tidak mau ketinggalan zaman, medsos harus kita terima.

Pertanyaannya sekarang, kita mau menjadi pengguna medsos yang seperti apa? Mari bijak dalam bermedia sosial agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.