ZONA-DAMAI.COM – Satuan tugas penanganan Covid-19 melarang adanya kerumunan saat libur panjang akhir tahun. Masyarakat harus bisa belajar dari tiga kali libur panjang, kenaikan kasus terus meningkat. Jika arahan ini diabaikan, Satgas khawatir fasilitas kesehatan tidak akan mampu melayani pasien karena melonjaknya kasus Covid-19.

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pengalaman dari tiga kali libur panjang terjadi peningkatan kasus antara 50-100 persen sekitar 10-14 hari berikutnya.

“Itu jangan sampai kita ulangi lagi. Pemerintah betul-betul mengatur liburan natal dan tahun baru. Dalam rangka pelajaran cukup tiga kali saja jangan sampai empat kali karena kalau pelajaran ini kita ulangi lagi yang terjadi banyak korban,” katanya dalam dialog virtual dari Graha BNPB, Jakarta, Jumat (18/12/2020).

Wiku menambahkan, jika kondisi itu terjadi maka Januari 2021 akan menjadi tahun yang berat untuk seluruh rakyat Indonesia. Sebab fasilitas kesehatan tidak akan mampu untuk menangani jumlah korban yang banyak.

“Maka dari itu belum terjadi kan sekarang mari kita rem jangan sampai terjadi,” imbuhnya.

Masyarakat diminta bertanggungjawab saling melindungi di masa pandemi dan mengisi liburan dengan melakukan aktivitas lain yang aman dan tidak terjadi kerumunan. Kalau pergi jarak jauh tambahnya akan lelah, imunitas turun dan ini berbahaya untuk semua orang.

Tiga kali libur panjang harus menjadi pelajaran baik pemerintah dan masyarakat. Wiku menyebut dari tiga kali libur panjang ternyata kolaborasi yang dilakukan antara pemerintah dan masyarakat belum sukses. Ia pun meminta selagi libur akhir tahun belum tiba, berkolaborasi lebih baik sangat dibutuhkan.

Pemerintah juga berusaha keras dengan aparatnya mencoba menegakkan hukum dan membuat aturan. Tetapi kembali lagi masyarakat juga diharapkan berkontribusi.

“Jadi mari kita tidak hanya melihat kepada pemerintah tapi kita saling gotong mengingatkan supaya tidak terjadi kerumunan. Betul-betul harus dilarang berkerumun selama liburan panjang,” ungkapnya.

Ia pun meminta masyarakat harus punya kepedulian yang lebih panjang. Karena jika korban bertambah banyak sulit ditangani.

“Kita semua lagi belajar, seluruh dunia juga sama-sama lagi belajar. Ada yang merasa hebat duluan bisa menekan kasus sekarang kasusnya naik lagi jangan sampai itu terjadi di Indonesia. Kita cukup belajar dari negara lain kita jangan sampai seperti itu,” paparnya.

Pandemi menurutnya adalah kejadian unik yang bukan sebuah rekayasa. Selama 10 bulan berada dalam situasi pandemi harus menyakinkan masyarakat untuk menyelesaikan ini butuh perubahan. Caranya dengan belajar dan menyesuaikan diri atau beradaptasi baik dalam aktivitas sosial, ekonomi dan budaya.

“Manusia punya daya adaptasi tinggi, termasuk orang Indonesia dan kita maju ke depan tanpa korban. Itu namanya hidup berdampingan dengan virus tapi kita selamat dengan iman aman dan imun,” ucapnya.

Daya tahan manusia harus dikelola karena tidak ada yang tahu kapan pandemi berakhir.

Kenaikan kasus dari tiga kali libur panjang tambahnya menjadi tantangan bersama. Sebab angka kasus aktif selama beberapa minggu terakhir mengalami peningkatan tinggi. Per 13 Desember 2020 jelasnya, kasus aktif berada 15,08 % dan angka ini lebih tinggi dari pada angka tertinggi kasus aktif pada November 2020. Kondisi ini menjadi alarm buat semua dan bukan perkembangan yang diharapkan.

Pada bulan November rata-rata kasus aktif di tingkat nasional 12,8 % dengan angka tertinggi 13,78 % jadi rata-rata kasus aktif 14,39 % dan ini angka yang tinggi.

Wiku menegaskan, pada prinsipnya kasus meningkat karena tingkat penularan dan kontak di masyarakat tinggi.

Satgas sudah memantau dengan alat pantau yang dimiliki pada 17 juta orang di 6,5 juta titik pada seminggu terakhir di seluruh provinsi.

Terlihat bahwa terjadi perkembangan positif dalam kepatuhan kabupaten/kota, artinya ini tanda baik. Namun tingkat kedisplinan masyarakat kerap berubah.

Perilaku masyarakat fluktuatif dari waktu ke waktu. Dilihat dari zonasi kepatuhan berubah dari waktu ke waktu. Sehingga harus pastikan kedisiplinan masyarakat selalu terjaga. Karena setiap saat bisa berubah. Ketahanan bersama kunci utama menurunkan kasus.

“Sebenarnya kita berharap tidak ada kenaikan kasus tetapi jika memang naik, melalui koordinasi rutin pusat dan daerah, Kemkes telah menyusun rekayasa pelayanan kesehatan jika terjadi lonjakan kasus,” katanya.

Salah satu upayanya adalah membuat rumah sakit darurat yang bekerja sama dengan TNI atau Badan Penanggulangan Bencana Darah setempat.