Aparat Penegak Hukum menyatakan bahwa pelaku pengeboman di depan Gereja Katedral Makassar merupakan bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke ISIS.

Sebelumnya kelompok ini juga diketahui telah melakukan aksi teror dengan sasaran pengeboman yang serupa dengan insiden di Surabaya, Jawa Timur, pada 2018 dan Jolo, Filipina, pada 2019.

Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Al Chaidar, mengatakan bahwa Bom Makasar merupakan suatu bentuk aksi balas dendam kelompok JAD atas penangkapan puluhan anggotanya dan tewasnya dua orang dari kelompoknya oleh aparat penegak hukum pada Januari lalu di Makassar.

Seperti diketahui sebelumnya bahwa pada awal tahun 2021 aparat penegak hukum telah menangkap puluhan terduga terorisme di Makasar dengan indikasi terlibat jaringan JAD. Lebih lanjut diperoleh informasi bahwa puluhan orang tersebut merupakan anggota FPI dan pelaksanaan pembaiatan disaksikan langsung oleh salah satu tokoh FPI.

“Jadi daripada tertangkap atau tewas maka mereka segera melakukan serangan amaliyah,” ujar Al Chaidar

Menyikapi hal tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa kedua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Selain itu, diketahui bahwa kedua pelaku bom bunuh diri pernah melakukan aksi serupa di Gereja Katedral Our Lady of Mount Carmel, Pulau Jolo, Filipina Selatan. Pelaku saat itu adalah pasangan suami-istri (R) dan (U).

“Pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina,” ujar Sigit.