Berbagai varian baru virus corona bermunculan. Jika varian itu menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, maka vaksin yang ada saat ini mungkin tidak akan efektif lagi, dan virus dapat lolos dari sistem kekebalan. Menurut website yang memuat database genom seperti nextstrain.org, ada lebih dari 1.000 varian virus SARS CoV-2 yang diketahui saat ini.

Sebelumnya, varian virus yang masuk kategori “variants of concern” dinamai sesuai dengan negara di mana varian itu ditemukan pertama kali. Namun untuk menghindari adanya stigmatisasi terhadap negara-negara tertentu, WHO kini memperkenalkan sebuah sistem penamaan baru, yaitu berdasarkan huruf-huruf alfabet Yunani.

Varian virus dari Inggris/Kent, Afrika Selatan, Brasil dan india itu kini akan dilabeli dengan huruf Alfa, Beta, Gamma dan Delta. Meski begitu, label ini tidak akan menggantikan nama ilmiah mereka yang lebih kompleks.

Varian Baru Virus SARS-CoV-2 resahkan Indonesia

Ancaman varian baru virus SARS-CoV-2 kini meresahkan masyarakat Indonesia. Virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab munculnya COVID-19, kini dikabarkan telah bermutasi dan mulai menyebar ke seluruh dunia.

Mutasi tersebut menghasilkan beberapa varian baru, satu diantaranya ialah B.1.1.7 yang terdeteksi pertama kali di Inggris Raya pada September 2020.

Saat ini, para ilmuwan menemukan jika varian virus B.1.1.7 cenderung menyebar dengan sangat cepat dan lebih mudah menular. Sifat virus ini kurang lebih sama dengan sifat virus sebelumnya dan menyebabkan jenis penyakit yang serupa.

Melansir dari laman kawalcovid19, dengan adanya varian baru COVID-19 ini Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan WHO menetapkan tiga kriteria. Kriteria tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan sudah sejauh mana kita mengetahui tentang perubahan virus, sekaligus membantu mengenal risiko-risikonya.

Kriteria pertama, Variant of Interest dapat diartikan sebagai mutasi virus SARS-Cov-2 atau varian yang perlu mendapat perhatian karena berpotensi meningkatkan laju penularan (transmissibility) dan tingkat keparahan (severity). Varian kriteria ini yakni B.1.1.7 yang ditemukan di Inggris September 2020, B.1.351 di Afrika Selatan September 2020 dan B.1.1.281 alias P.1 di Brasil Desember 2020.

Kriteria kedua, Variant of Concern merupakan varian yang patut diwaspadai karena terbukti menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah. Varian ini B.1.525 di Nigeria, B.1.427/B.1.429 di Amerika Serikat, B.1.1.28.3 alias P.3 di Filipina, B.1.616 di Perancis, B.1.620 tidak diketahui asalnya, B.1.621 di Kolombia, B.1.617.1, B.1.617.2, B1.617.3 yang diduga hasil mutasi dari India.

Kriteria ketiga,. Variant of High Consequence, yaitu varian yang memiliki tingkat konsekuensi tinggi dengan ditemukannya bukti ilmiah tidak berfungsinya tes diagnosis, penurunan efektivitas vaksin pada mereka yang sudah divaksin namun terjangkit penyakit atau rendahnya proteksi vaksin terhadap terjadinya penyakit parah. Namun, disebutkan belum ada varian baru yang tergolong ke dalam kriteria ini.
Untuk itu, upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia agar terhindar dari virus tersebut ialah dengan terus disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) dan menjalani program vaksinasi yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah varian baru COVID-19:
• Memakai masker
• Mencuci tangan dengan sabun
• Menjaga jarak
• Menghindari kerumunan
• Menghindari mobilitas (bepergian)
• Ikuti program vaksinasi

Ledakan COVID-19 di Kudus, Tim Riset Selidiki Potensi Varian Baru

Ledakan kasus COVID-19 di Kudus Jawa Tengah belum sepenuhnya terkendali. Untuk mencegah munculnya varian baru, kini telah diterjunkan tim riset untuk melakukan penelitian.

“Kita turunkan tim untuk melakukan riset itu tadi, apakah ada varian baru (COVID-19 di Kudus),” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Jumat (4/6/2021).

Berdasarkan website corona.jatengprov.go.id, kasus aktif COVID-19 di Kudus masih menempati urutan pertama. Tercatat pada Jumat (4/6/2021) pukul 12.00 WIB, terdapat 8.165 kasus terkonfirmasi positif. Sementara kasus aktif sebanyak 1.457 orang yang kini dirawat, dirujuk, dan isolasi mandiri.

“Saya minta untuk dilakukan testing dan tracing lebih banyak. Dan ini tidak hanya untuk Kudus, tapi berlaku untuk seluruh Jawa Tengah. Agar kita tingkatkan di Jawa Tengah,” tandasnya.

Ganjar juga mengatakan pemerintah daerah tak perlu khawatir jika ditemukan kasus positif COVID-19 semakin besar. Sebab, seiring dengan pelaksanaan testing dan tracing akan terlacak jumlah kasus penyebaran virus corona yang berada di tengah masyarakat.

Lebih lanjut Ganjar berharap dan meminta kepada masyarakat agar memberikan dukungan dengan disiplin melaksanakan prokes seperti tidak berkerumun, memakai masker dan aware peduli, jaga jarak, dan sebagainya. (**)