Akhirnya Pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di daerah Jawa dan Bali mulai 3 – 20 Juli 2021. Melalui kebijakan tersebut masyarakat diharapkan dapat mengurangi dan menekan mobilitas masyarakat, sekaligus memutus rantai penyebaran Covid-19 yang terus meningkat.

PPKM Darurat mengatur sektor kegiatan non esensial, belajar mengajar 100 persen dilakukan dari rumah (work from home), area publik, seperti tempat ibadah, mall, pusat perbelanjaan, arena olahraga ditutup sementara. Untuk supermarket, swalayan tetap dibuka dengan kapasitas pengunjung 50 persen.

Apotik, puskesmas, dan rumah sakit tetap buka 24 jam. Sementara restoran, warung makan hanya dibolehkan melayani pesan antar (delivery order). Bentuk kebijakan yang menuntut adanya komitmen dan ketaatan semua lapisan masyarakat; dari pemerintah tingkat, pemerintah daerah, rukun warga (RW), rukun tetangga (RT), hingga keluarga.

Adanya wabah Covid-19 semakin menyadarkan ummat manusia, betapa penting perilaku hidup sehat, seperti memakai masker saat keluar rumah, biasa mencuci tangan, dan tidak berkerumun (social distancing). Perilaku hidup sehat yang menuntut kebiasaan baru dalam kehidupan masyarakat.

Virus corona menyebar melalui pergerakan manusia, semakin banyak dan sering masyarakat melakukan mobilisasi yang tidak terkontrol maka penyebaran virus akan semakin sulit terkendali. Mau tidak mau memang pembatasan mobilitas penduduk harus diterapkan di berbagai negara termasuk Indonesia, harapannya penyebaran kasus Covid-19 dapat dikendalikan.

Hanya ada satu cara yang bisa digunakan untuk melawan virus ini yakni dengan memercayai kemampuan alamiah tubuh membentuk kekebalan. Sel darah putih pada tubuh akan melawan virus dan patogen lain yang menginfeksi tubuh dan membentuk kekebalan ketika berhasil memenangkan pertarungan. (tirto.id, 20/4/2020).

Namun menurut penelitian Harvard Medical School, imun bukanlah entitas tunggal. Mereka bekerja seperti sistem. Agar dapat berfungsi dengan baik, butuh keseimbangan dalam tubuh yang dibentuk terus menerus. Perlu dilakukan melalui gaya hidup sehat, olahraga, dan makan makanan bergizi. Asupan makanan dan olahraga berkontribusi dalam melancarkan sirkulasi sel imun.  

Pola dan gaya hidup seseorang tentu sangat dipengaruhi oleh pembiasaan tatahidup, pendidikan nilai yang diterapkannya dalam kehidupan keseharian. Adanya kebijakan PPKM Darurat merupakan langkah tepat yang dilakukan pemerintah dalam menahan laju mobilitas masyarakat, sekaligus sebagai langkah memberikan kesempatan masyarakat melakukan recovery kehidupan yang lebih sehat.

Meneguhkan Kembali Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai biasanya identik dengan perilaku, pembentukan sikap yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang paham tentang konsep nilai, menunjukkan perilaku santun, dan mampu mengeimplementasikannya dalam kehidupan.

Sumantri (1993) memahami Pendidikan Nilai sebagai suatu aktivitas pendidikan yang penting bagi orang dewasa dan remaja, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, karena penentuan nilai  merupakan suatu aktivitas penting yang harus kita pikirkan dengan cermat dan mendalam.
Pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Implementasi pendidikan nilai dalam kehidupan butuh kerjasama para pihak, terutama orangtua dan organisasi kemasyarakatan.

Living Values Education (LVE) melihat bahwa pengembangan nilai dan karakter secara menyeluruh didasari hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan lingkungannya.

Ada sejumlah nilai yang dikembangkan dalam program ini, yakni kedamaian, penghargaan, kasih sayamg, toleransi, kejujuran, kerendahan hati, kerjasama, kebahagiaan, tanggungjawab, kesederhanaan, kebebasan, dan persatuan. (Budy Munawwar Rahman, LVE, 2017). Termasuk nilai-nilai yang dikembangkan dalam kebijakan Penguatan Pendidikan Katakter yang berfokus pada nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan  integritas.

Nilai-nilai positif yang tidak sebatas pada aspek pengetahuan (moral knowing) yang hanya dipahami secara teoritik, tetapi dapat dirasa (moral feeling) sehingga muncul kepedulian terhadap sesama, bahkan harapannya dapat menjadi habit positif yang secara terus menetus dapat dilaksanakan (moral action) dalam kehidupan nyata.

Dalam kondisi pandemi Covid-19, persoalan nilai menjadi persoalan penting, karena berkaitan banyak faktor, seperti ketaatan menjalankan kebijakan, kedisplinan, kepedulian, hingga persoalan kerjasama. Pendidikan nilai sangat bermanfaat bagi kehidupan, terutama dalam menghadapi problem kemasyarakat yang saat ini muncul.

Adanya pandemi Covid-19 yang melanda ummat manusia telah “memaksa” untuk belajar memahami dan mengamalkan makna nilai pendidikan tersebut. Secara aplikatif pengamalan pendidikan nilai, Covid-19 telah mengajari kita untuk jujur pada diri sendiri dan orang lain, menjalani hidup sehat, taat dengan aturan protokol kesehatan.

Bagi masyarakat yang terpapar dibutuhkan kejujuran untuk menginformasikannya kepada orang lain. Sikap ini dilakukan dalsm rangka mengantisipasi penyebaran virus sekaligus mencari langkah solutif buat yang bersangkutan. Apakah dirawat atau dilakukan isolasi mandiri di rumahnya.

Bagi yang isolasi mandiri di rumah merupakan kesempatan bagi yang bersangkuran untuk bermukhasabah, beristirahat, tidak keluar rumah selama kurang lebih empat belas hari. Rasa optimis dan semangat juang untuk kembali hidup sehat adalah satu cara melawan virus ini.
Seseorang yang hidupnya pesimis hanya akan membawa kepada pola hidup tanpa arah, penuh kekhawatiran dan ketakutan, dan biasanya mudah putus asa. Jangan pernah ragu dengan ikhtiar dan doa yang dipanjatkan, teruslah berharap dengan optimisme yang tinggi.

Banyak penderita Covid-19 yang terus berjuang kembali sembuh, sehat bugar seperti sediakala. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan hingga hari ini.

Sabar dalam menghadapi segala cobaan yang menimpa, sembari tetap berikhtiar mencari solusi menghadapinya dengan bijak. Berfikir jenih dengan bersikap tenang dalam setiap keadaan, mampu memusatkan fikiran positif, dan mampu melakukan tindakan dengan penuh kesabaran. Mampu mengendalikan diri, mengelola emosi, dan tidak mudah panik.

Selanjutnya, menjukkan sikap kedisplinan yang tinggi. Misalnya, disiplin mengkonsumsi makanan minuman sehat, vitamin yang dibutuhkan, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga. Kedisiplinan hanya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu; pertama, konsisten dan terus menerus dalam menjalani aktifitas, tanpa mempertimbangkan alasan apapun.

Kedua, yakinkan diri kita bahwa yang dilakukan pasti membuahkan hasil positif.  Tetap berfikir positif (positive thinking) dalam menjalani semua kejadian tersebut dengan biasa. Jangan pernah membayangkan hal buruk dan kegagalan menimpa diri kita, bayangkan keberhasilan positif setelah melakukan sesuatu.

Bagi masyarakat lainnya, adanya musibah ini telah banyak mengajari kita juga untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, peduli sosial, dan berempati terhadap sesama. Kepedulian tetangga terhadap saudaranya yang terpapar dilakukannya dengan  mensuplay makanan, vitamin, kontrol kesehatan sangat dibutuhkan.

Saling mendoakan dan mengingatkan agar semua cobaan bisa terlewati. Rasa tanggungjawab bersama dalam menjaga kesehatan, rasa peduli terhadap sesama dan lingkungan sekitar menjadi faktor penentu dalam mengerem laju penyebaran wabah.

Hanya melalui hidup disiplin, komitmen bersama untuk selalu memakai masker, mencuci tangan, tidak berkerumun, tetap di rumah, mengurangi mobilitas, dan doa munajat kepada sang kholiq laju penyebaran Covid-19 bisa dihilangkan. Semoga dengan pengamalan pendidikan nilai tersebut, kita dapat menghadapi segala cobaan yang melanda bangsa Indonesia.