Pandemi covid-19 yang tengah melanda dunia membawa implikasi terhadap terganggunya pertumbuhan ekonomi global, yang saat ini mengalami tekanan yang mengakibatkan terganggunya aktivitas ekonomi, investasi dan konsumsi. Data yang dilansir International Monetary Fund (IMF) menyebutkan pertumbuhan ekonomi secara global diproyeksikan menjadi di angka -4,4% pada tahun 2020.
Proyeksi tersebut turun 0,8 poin sejak revisi proyeksi World Economic Outlook (WEO) pada bulan Juni 2020. Penurunan proyeksi ini didorong oleh ketidakpastian tinggi seputar penyebaran virus dan upaya pemulihan perekonomian yang berangkat dari dua skenario alternatif pemulihan ekonomi, yakni ada atau tidaknya gelombang kedua pandemi covid-19 dan kecepatan respons pemerintah secara global.
Dampak pandemi covid-19 sejatinya tidak hanya melanda Indonesia tetapi juga hampir seluruh negara di dunia. Resesi ekonomi menjadi ancaman baru bagi negara-negara di belahan dunia. Pertumbuhan ekonomi global yang terkontraksi pada tahun ini menandakan semakin dalamnya ketidakpastian ekonomi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tahun 2019, ketika pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar 3 persen, telah mengakibatkan kondisi perekonomian yang penuh dengan ketidakpastian. Kini, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pada tahun 2020 ekonomi global akan tumbuh negatif 4,4 persen. Proyeksi ini bukan tanpa alasan seiring dengan tekanan ekonomi akibat pandemi covid-19 yang melanda dunia dan belum diketahui kapan akan berakhirnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto melakukan konferensi pers berkaitan dengan Penanganan Pandemi dan Pemulihan Ekonomi Nasional (sumber: ekon.go.id)
Kita patut bersyukur masa-masa sulit akibat dampak pandemi terhadap pertumbuhan ekonomi perlahan tapi pasti dapat kita lalui bersama. Indikator tersebut antara lain tergambar dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II-2020, dimana perekonomian indonesia bertumbuh sebesar -3,49 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar -5,32 persen, Hal ini sejatinya merupakan sinyal perbaikan yang menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah (turning point) dari aktivitas-aktivitas ekonomi nasional menuju ke arah zona positif.
Seluruh komponen pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi pengeluaran maupun dari sisi produksi mengalami peningkatan. Perbaikan kinerja perekonomian didorong oleh peran stimulus fiskal atau peran dari instrumen APBN di dalam penanganan pandemi covid-19 dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Pelepasan 3.200 Ton Ekspor Hasil Perikanan (sumber: www.kkp.go.id)
Dari sisi ekspor misalnya, pada kuartal III mengalami perbaikan, kinerja ekspor membaik dari -11,68 persen pada kuartal II menjadi -10,82 persen. Dari sisi impor, masih terlihat adanya penurunan dari -16,98 persen pada kuartal II menjadi -21,86 persen. Perdagangan internasional memang mengalami tekanan akibat masih lemahnya kondisi perekonomian global, tetapi secara netto perbaikan di sektor ekspor memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja perekonomian Indonesia dengan surplus neraca perdagangan pada kuartal III tercatat sebesar US$8,02 miliar.
Dengan kata lain, bila mencermati kinerja ekonomi dari beberapa indikator yang ada, dapat dikatakan Indonesia telah berhasil melewati titik terendah (rock bottom) dalam perekonomiannya. Hal ini juga tergambar dari angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2020 yang meski masih terkontraksi -3,49% secara year on year (yoy), tetapi membaik dibandingkan kondisi triwulan II-2020 yang terkontraksi mencapai – 5,32% secara quarter to quarter (qtq) atau dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya, ekonomi Indonesia juga tumbuh tinggi di angka 5,05%. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi global yang mulai terlihat di triwulan III-2020.
Perbaikan kondisi ekonomi pada triwulan III ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah yang dilakukan secara intensif dalam upaya Penanganan covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN). Intervensi pemerintah dalam penanganan kesehatan telah mendorong kepercayaan yang kemudian meningkatkan aktivitas masyarakat.
Perbaikan ekonomi Indonesia dari sisi permintaan (demand) didukung oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 9,76% (yoy). Hal ini menggambarkan upaya pemerintah dalam menstimulasi perekonomian melalui program-program PEN. Perbaikan juga terlihat pada sisi penawaran (supply).
Presiden tinjau kawasan lumbung pangan baru di Sumatera Utara (sumber: www.presidenri.go.id)
Terdapat sektor yang melejit tinggi setelah di triwulan sebelumnya tumbuh minus, yaitu: sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 24,28% dari -29,18% di triwulan sebelumnya, sektor akomodasi dan makanan minuman tumbuh 14,79% dibandingkan triwulan sebelumnya di posisi -22,21%, industri pengolahan tumbuh 5,25% dari posisi -6,29%, dan sektor perdagangan yang tumbuh 5,68% dari posisi -6,71% di triwulan sebelumnya.
Indikasi perbaikan lainnya juga terlihat pada sejumlah indikator ekonomi seperti Purchasing Managers Index (PMI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Penjualan Ritel, dan Surplus Neraca Perdagangan. Indikasi pemulihan ekonomi ini juga terlihat dari pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga menurut pengeluaran, yang juga menunjukkan perbaikan jika dibandingkan dengan triwulan kedua.
Berbagai indikator perbaikan yang mengarah pada upaya pemulihan ekonomi Indonesia seyogyanya menjadi modal dasar untuk terus dikapitalisasi dengan memanfaatkan momentum menjaga pemulihan ekonomi, utamanya dengan terus mendukung upaya-upaya pemerintah dalam memastikan Program PEN berjalan optimal dan menghindari kegiatan yang kontraproduktif terhadap upaya mengakselerasi penanganan permasalahan covid-19 serta suksesnya pemulihan ekonomi nasional pada masa mendatang ditengah ketidakpastian yang masih menjadi tantangan.