Direktur Eksekutif Insititute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah terpaan krisis ekonomi global seperti China dan Amerika Serikat (AS).

“Manfaatkan momen pemilu. Jangan sampai terlewat, belanja pemilu itu besar,” ujar dia Tauhid kepada Kontan.

Tak hanya itu, ada upaya-upaya yang ia sarankan untuk digenjot di tengah krisis tersebut, antara lain mempertahankan dan mendorong konsumsi masyarakat, terutama konsumsi masyarakat menengah ke bawah.

Sebab, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan tren penurunan konsumsi pada masyarakat dengan penghasilan Rp 3 juta hingga Rp 4 juta, yang mana ini merupakan standar masyarakat menengah ke bawah.

Untuk mendorong belanja ini, pemerintah dapat menambah dana 10% ke dalam dana bantuan sosial (bansos) masyarakat golongan tersebut, kata dia.

Lebih lanjut, Tauhid menyarankan pemerintah untuk mencari negara lain sebagai pasar ekspor sehingga Indonesia tidak selalu harus berketergantungan dengan China dan AS.

Selain itu, mau tidak mau Indonesia harus menggenjot sektor investasi, baik pemerintah maupun masyarakat.

Baca Juga: Ekonom BSI Proyeksikan Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh Hingga 5,03% pada 2023

Hampir senada dengan Tauhid, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyebut perhelatan pemilu dapat dimanfaatkan untuk mendorong perekonomian Indonesia.

“Energi potensial bisa datang dari belanja pemerintah dan stimulus konsumsi domestik terkait perhelatan pemilu,” ujar David.

Sebelumnya, terjadi perlambatan ekonomi global, antara  lain di China dan Amerika. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut krisis kedua negara itu kemungkinan akan berdampak ke Indonesia.

Untuk itu, ia bilang diupayakan agar perekonomian Indonesia tidak ikut ambruk, misalnya dengan menggali sektor domestik yang bisa menjaga pertumbuhan ekonomi. Adapun, BI menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini sekitar 4,5% hingga 5,3%.