Kebijakan hilirisasi nikel yang dilakukan pemerintah Indonesia mendapat reaksi beragam dari sejumlah pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sangat menarik untuk dicermati sisi lain pandangan yang dikemukan Fithra Faisal Hastiadi mengurai argumentasi kebijakan hilirasi tersebut.

“Secara umum saya sepakat sepakat dengan Bang Faisal Basri bahwa yang juga harus diperhitungkan adalah biaya kesempatan dari selisih harga dalam dan luar negeri, tidak sekedar perhitungan finansial”, disampaikan ekonomi UI, Fithra.

Namun demikian ada sejumlah perhitungan Analisa Biaya Manfaat Sosial (ABMS),  yang harus juga diperhitungkan adalah ongkos lingkungan menyakut kebijakan hilirasi nikel itu”, tambahnya.

Lantas, manfaat apa saja yang dapat dirasakan efek dari kebijakan tersebut, yang petama saya sampaikan adalah penghitungan post covid recovery, key sectors dalam ekonomi yang harus segera digenjot beberapa diantaranya adalah logam dasar, mineral.

Efek kedua, dampak moratorium ekspor nikel adalah meningkatnya output sektor hilir kita ke produk turunan nikel dimana di EU, output sektor hilir justru turun ini yang membuat EU mencak. pada tahun 2015-2019 saja, ada peningkatan 188 persen ekspor stainless steel pertahun, yang menjadikan Indonesia salah satu eksportir Utama stainless steel dunia selain China dan EU. Selain itu, ada investasi yang solid naik serta naiknya penyerapan tenaga kerja dimana tenaga kerja di sektor hilir mendapat porsi yang cukup besar.

Patut kita garisbawahi dalam kajian indef, Berdasarkan data produksi 2022, di Provinsi Sulawesi saja, telah terbuka lapangan kerja baru hingga 36.207 orang. kajian kemenperin, ada 155 ribu yang terserap. perhitungan saya dengan memperhatikan efek wilayah aglomerasi, ada hingga 500 ribu tenaga kerja yang tercipta.

Kemudian, kalua misalnya terjadinya picking winners tidak efisien, harus dibuat perencanaan sektoral yang matang. kenapa nikel, karena memang low hanging fruits, dan setidaknya bisa menjadi bagian dari semesta industrialisasi. 

“Walaupun ada beberapa efek jangka pendek yang terkait dengan weak absortive capacity, tentu ada jobs displacement dan econ displacement, tapi perhitungannya di jangka panjang Kebijakan Hilirasi tersebut Lebih Positif”, kata Ekonomi UI.