ZONA-DAMAI.COM – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberi secercah harapan di tengah situasi sulit pandemi corona.

Menurut Erick, vaksin Covid-19 sebagai langkah awal kemenangan melawan pandemi bakal segera diproduksi.

Erick Thohir, ditunjuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai ketua pelaksana tim penanganan pandemi virus Corona dan pemulihan ekonomi nasional.

Erick mengatakan Bio Farma akan bisa memproduksi 250 juta vaksin dari China pada Desember 2020 mendatang.

Setiap orang disuntik dua kali dalam vaksin Covid.

Sehingga dibutuhkan hingga 380 juta vaksin

“Karena bayangin begini. 320-380 juta imunisasi, jarum suntiknya harus ada juga segitu banyak.

Belum tenaga kerjanya, belum beli vaksinnya, karena kita belum bisa ciptakan, walaupun kita mendorong vaksin merah putih bisa,” ujar Erick di Jakarta, Jumat (7/8/2020).

Berdasarkan estimasinya, diperlukan biaya sekitar USD 4,5 miliar atau Rp 65,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.671) untuk membeli vaksin, memproduksinya hingga menyuntikkannya ke 160 hingga 190 juta masyarakat Indonesia.

“Kalau harganya USD 15 dollar per vaksin. Jadi berapa? 300 juta (vaksin) x USD 15 berarti sudah USD 4,5 milliar,” tutur Erick.

Untuk mengawal proses administrasi itu, kata Erick, pihaknya menggandeng pihak Kejaksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hingga Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

“Supaya memastikan proses administrasi aman, dan benar ini tidak ada nanti pemain-pemain yang mencari keuntungan. Kita jaga itu,” imbuh Erick.

Menurut Erick, vaksin merupakan kemenangan awal melawan pandemi Covid-19.

Dengan adanya vaksin, masyarakat bisa beraktivitas normal, meski tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker.

“Vaksin merupakan kemenangan terdekat atau tercepat yang harus kita lakukan.

Dan pasti nanti dengan masyarakat juga merasa aman karena vaksin sudah ada.

Mereka juga bisa melakukan kegiatan dengan normal, tapi tetap pakai masker protokol kesehatan,” kata Erick.

 Dahulukan Masyarakat di Zona Merah untuk Vaksin

Erick menjelaskan nantinya mendahulukan masyarakat yang berada di zona merah untuk divaksin.

Ia mencontohkan, seperti di wilayah Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.

“Didahulukan, tapi bukan berarti yang tidak zona merah, tidak divaksin,” kata Erick.

Erick menargetkan 40 juta masyarakat Indonesia sudah divaksin pada Februari 2021.

Vaksin akan menjadi program pemerintah yang tidak dibebaskan.

Sehingga, dipastikan vaksin akan merata ke seluruh masyarakat Indonesia tanpa membedakan kelas ekonomi.

“Takutnya kalau nanti dibebaskan, kaya dan miskin ada lagi. Nanti yang kaya duluan yang disuntik karena bayar duluan. Tidak bisa seperti itu,” ucap Erick.

“Prioritas masyarakat dulu yang bisa disuntik vaksin. Sekarang tahap mencari relawan 1.620, yang diharapkan akhir Agustus terkumpul dan setelah itu kita cobakan di awal September,” sambungnya.

Erick mengaku enggan mendahului masyarakat divaksin. Ia berkelakar bukan berarti takut disuntik.

“Kalau rakyatnya sudah disuntik baru kita. Masa kita duluan disuntik. Bukan artinya tidak berani ya.

Tapi kita sebagai pemimpin belakangan karena berikan kesempatan yang lain. Dipastikan sangat aman,” ujar Erick.

Sebagai tahap awal uji klinis tahap ketiga, sebanyak 2.400 dosis vaksin dari Sinovac, China, sudah tiba di Bio Farma pada 19 Juli 2020, berkat dukungan Kementerian BUMN dan peran Kementerian Luar Negeri yang memasukkan vaksin sebagai diplomatic goods.

Vaksin yang datang tersebut masih memerlukan beberapa tahapan lagi sebelum bisa dilakukan uji klinis pada Agustus 2020.

Tahap yang masih harus dilewati tersebut antara lain pengujian di dalam Laboratorium Bio Farma dan beberapa perizinan lainnya.

Uji klinis vaksin Covid-19 ini, akan dilaksanakan di Pusat Uji Klinis yaitu di Fakultas Kedokteran UNPAD, yang akan mengambil sample sebanyak 1.620 subjek dengan rentang usia antara 18 – 59 tahun, dengan kriteria – kriteria tertentu.

Sedangkan sisa dari vaksin tersebut, akan digunakan untuk uji lab di beberapa lab antara lain di Bio Farma dan Pusat Pengujian Obat Dan Makanan Nasional (PPOMN).

Dalam uji klinis vaksin Covid-19, Bio Farma berperan sebagai sponsor, berkolaborasi dengan berbagai pihak antara lain dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan sebagai medical advisor dan pelaksanaan uji titer antibodi netralisasi.

Selain dengan Baltbangkes, Bio Farma bekerja sama dengan BPOM RI sebagai regulator dan FK UNPAD sebagai institusi yang sudah berpengalaman dalam pelaksanaan uji klinis vaksin-vaksin yang beredar di Indonesia.