Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, lonjakan kasus klaster perkantoran di Jakarta naik karena kebijakan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) tidak diterapkan dengan baik.

“Yang terjadi tidak 50 persen WFH-WFO, malah mungkin mendekati 100 persen WFO (work from office),” ujar Dicky saat dihubungi melalui pesan suara, Minggu (25/4/2021). Dia mengatakan, dari pengamatan dan beberapa informan yang dia terima, di DKI Jakarta banyak perkantoran sudah menerapkan kebijakan bekerja dari kantor lebih banyak dari sebelumnya.

Dalih sudah divaksinasi membuat sejumlah kantor menerapkan bekerja penuh di kantor dan membuat lonjakan kasus terjadi lagi. “BUMN dan perkantoran pemerintah itu ada memang yang WFH, tapi tidak sampai 50 persen. Mungkin 10-20 persen saja,” kata dia.

Dia meminta agar semua pihak, termasuk pemerintah dan swasta untuk bisa memahami bahwa pandemi Covid-19 di Jakarta masih belum terkendali.

Bukan lantaran ketika sudah divaksin, lantas semua karyawan atau pegawai dipaksa untuk bekerja dari kantor.

“Jadi yang namanya WFH itu bukan ketika sudah divaksin bisa masuk semuanya. Tetap saja WFH, ini terutama untuk pekerjanya bisa dari rumah, tidak diperlukan kehadiran kantor dan masuk kategori risiko tinggi ya (disarankan untuk) WFH,” ucap dia.

Dia meminta agar semua lembaga yang kini memulai WFO dengan kuota tinggi untuk melakukan evaluasi kembali. Mengingat kasus Covid-19 di Jakarta kembali merangkak naik.