Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri merasa heran dengan tudingan bahwa Tes Wawasan Kebangsaan digelar untuk menyingkirkan sejumlah pegawai. Dia membantah ada motif tersebut dalam pelaksanaan TWK.

“Saya agak heran kalau ada kalimat bahwa ada upaya menyingkirkan. Saya ingin katakan tidak ada upaya untuk menyingkirkan siapapun,” kata dia di kantornya, Jakarta.

Firli mengatakan TWK diikuti oleh 1.351 pegawai. Mantan Kapolda Sumatera Selatan itu mengatakan tes dilakukan dengan instrumen yang sama, alat ukur, pertanyaan dan waktu mengerjakan yang sama. “Semua dilakukan sesuai mekanisme dan prosedur,” kata dia.

Menurut dia, hasil tes kemudian menunjukkan bahwa ada yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat. “Kami pimpinan tidak ada satupun niat untuk menyingkirkan seseorang,” katanya.

KPK menggelar TWK dengan menggandeng Badan Kepegawaian Negara sebagai syarat untuk alih status pegawai menjadi ASN. Tes digelar dalam dua tahap, yaitu tertulis dan wawancara.

Pada saat tes tulis, sejumlah pegawai menceritakan mendapat pertanyaan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya. Misalnya mereka disuruh memberikan penilaian terhadap pernyataan: ‘Semua Cina sama saja’, ‘penista agama harus dihukum mati’ dan ‘Salat subuh pakai doa qunut atau tidak’.

Pada tahap tes wawancara, seorang pegawai KPK yang tidak lolos mengaku mendapatkan pertanyaan janggal dari asesor. Misalnya saja, dia ditanya pendapatnya mengenai seks bebas dan pesta seks. Ada pula pegawai perempuan yang mengaku ditanya soal apakah bersedia menjadi istri kedua. Mereka mengaku diwawancara selama satu jam lebih.

Sementara, seorang pegawai yang lolos TWK mengaku datang terlambat pada saat wawancara. Dia mengatakan hanya diwawancara sekitar 20 menit. Di saat akhir, si pegawai yang kebetulan memiliki anak kecil ditanya kapan waktu untuk menyusui si anak. Si asesor kemudian menghentikan proses tanya-jawab agar si pegawai tidak terlambat untuk memberi makan si anak. Si penguji mengucapkan selamat bergabung menjadi ASN kepada pegawai itu.