Permasalahan konflik di Papua tidak pernah berhenti semenjak tahun 1960an, berbagai hipotesa telah dikemukakan oleh para peneliti dan pengamat. Berikut ini adalah beberapa pandangan terkait penyebab konflik di Papua berkepanjangan dan menimbulkan banyak korban jiwa, baik dari kelompok sipil maupun aparat keamanan.

Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, memiliki pandangan bahwa penyebab utama konflik di Papua adalah karena belum selesainya permasalahan referendum Papua tahun 1960-an. Menurutnya, referendum tersebut bagi sebagian masyarakat Papua belum selesai.

“Padahal PBB telah menolak rencana referendum Papua dan memutuskan Papua menjadi bagian dari Indonesia yang tidak bisa diganggu gugat, jadi permasalahan adalah persepsi,” ujar TB Hasanuddin.

Ia menambahkan penyebab lain seperti diskriminasi dan traumatis operasi militer juga menjadi faktor pendukung konflik Papua tidak pernah selesai, walaupun kondisi diskriminasi terhadap masyarakat Papu telah membaik ketimbang 25 tahun sebelumnya.

Sementara itu, pengamat permasalahan Papua dan Terorisme dari Lesperssi, Jim Peterson, mengatakan bahwa salah satu variabel kenapa permasalahn di papua tidak kunjung selesai adalah intervensi negara-negara asing disana. Mulai dari Belanda, Australia, Amerika Serikat hingga negara-negara Milanesia mempunyai kepentingan disana. Berbagai organisasi baik state actor maupun non state actor teridentifikasi melakukan berbagai aktifitas ditanah Papua. Pemerintah Indonesia sebaiknya menindaklanjuti permasalahan ini malalui pendekatan soft dan smart method sehingga tidak menimbulkan permasalahan internasional.

“salah satu variabel permasalahan tersebut tidak kunjung selesai, adalah intervensi asing disana. Mulai dari Belanda, Australia, Amerika Serikat hingga negara-negara Milanesia mempunyai kepentingan. Berbagai organisasi baik state actor maupun non state actor teridentifikasi melakukan berbagai aktifitas ditanah Papua. Pemerintah sebaiknya menindaklanjuti permasalahan ini secara soft dan smart method sehingga tidak menimbulkan permasalahan internasional”, ujar Jim Peterson