Jakarta — Pengamat politik Gun Gun Heryanto mengatakan, gerakan reuni akbar 212 masih lekat dengan kepentingan politik. Alasannya, gerakan ini lahir dalam atmosfir politik, yakni pada Pilkada DKI Jakarta 2016.

Gun Gun menilai, sulit untuk melihat reuni ini sekadar acara romantisme mengenang aksi 2 Desember 2016. Jika memang acara itu murni reuni, baru bisa diketahui setelah acara berakhir. Sedangkan saat ini yang terlihat justru kepentingan politik.

Sementara itu, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunarto mendukung agar Reuni 212 digelar secara virtual. Sunarto lalu mempertanyakan tujuan dari Reuni 212 itu.

“Sebagai hak konstitusional diperbolehkan, sah-sah saja, tapi kan perlu dipertimbangkan dengan kondisi seperti ini malah berakibat pada hal-hal yang fatal. Kalau niatnya baik berdampak keburukan kan perlu dipertimbangkan,” kata Sunarto kepada wartawan, Senin (29/11/2021).

Sunarto mengatakan banyak model dakwah yang perlu dilakukan. Sunarto pun mempertanyakan tujuan acara Reuni 212. “Oleh sebab itu, tentu banyak model dakwah yang perlu dilakukan, artinya Reuni ini apakah benar-benar untuk kepentingan umat Islam atau hanya kepentingan kelompok tertentu untuk tujuan politik? Saya kira itu yang perlu dihindari,” kata dia.

Disisi lain, Reuni 212 direncanakan akan berlangsung pada 2 Desember mendatang. Sejumlah warga hingga pedagang ikan di Muara Angke, Penjaringan Jakarta Utara, menolak acara ini. Beberapa pedagang mengaku menolak seruan untuk mengikuti Reuni 212. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi yang dinilai mulai membaik.

Salah seorang pedagang makanan, Dahlan (40) mengaku tak setuju dengan acara yang dapat menimbulkan kerumunan. Dia mengaku takut bila kondisi pandemi kembali memburuk. “Kalau saya nggak setuju, takutnya kan pandemi muncul lagi, jadi memburuk lagi. Kalau ibaratnya kaya kemarin kan nggak bisa apa-apa. Pandemi kan belum lega atau tuntas kan harus hati-hati jaga jarak, kalau bisa ya jangan,” ujar Dahlan, ditemui di Tanjung Priok, Jakut, Senin (29/11/2021). (*)