Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal membenarkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) membakar Gedung SD Jambul, SMP Negeri 1, SMA 1 Beoga dan rumah guru di Distrik Beoga Kabupaten Puncak, Kamis (8/4) kemarin. Hal itu diketahui setelah mendapatkan laporan dari masyarakat setempat.

“Mendapat informasi tersebut, personel gabungan Polsek dan Polres mendatangi TKP dan melihat bangunan Gedung SD Jambul, SMP N 1 dan SMA 1 Beoga serta rumah guru telah hangus terbakar,” ujar Musthofa Kamal saat dikonfirmasi, Jumat (9/4) kemaren.

Menurut Musthofa Kamal, diperkirakan para pelaku dari kelompok Sabinus Waker. Kelompok ini sebelumnya diduga juga melakukan penembakan terhadap seorang guru hingga meninggal dunia. Untuk saat ini pihak kepolisian masih melakukan pengejaran terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata.

“Saat ini personel gabungan masih melakukan pengejaran terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata yang melakukan pembakaran,” katanya. Untuk situasi di Distrik Beoga, kata Musthofa Kamal, saat ini masih bisa dikendalikan oleh personil di lapangan. Kemudian pihaknya akan mengambil langkah-langkah penegakkan hukum terhadap para pelaku.

Disisi laian, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengakui pihaknya telah menembak seorang guru sekolah dasar (SD) bernama Oktavianus Rayo (43) di wilayah Boega, Kabupaten Puncak, Papua pada Kamis (8/4). Juru Bicara OPM, Sebby Sambom mengatakan kelompoknya menembak mati guru tersebut lantaran mereka yakin korban adalah mata-mata TNI-Polri.

Sementara itu, polisi sendiri mengklaim telah berhasil mengidentifkasi pelaku penembakan tersebut. Saat ini, kata dia, pihaknya bakal melakukan pengejaran dan penindakan. “Berdasarkan hasil penyelidikan yang intensif, pelaku penembakan sudah terdentifikasi,” kata Kasatgas Nemangkawi, Brigjen Roycke Harry Langie dalam video telekonferensi bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Senin (12/4).

Selanjutnya, Kepala Humas Satgas Nemangkawi Komisaris Besar M Iqbal Alqudussy mengatakan tudingan guru yang jadi korban penembakan adalah alasan klasik kelompok bersenjata di Papua. “Buktinya apa Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan itu intel? Itu semua hanya alasan klasik mereka untuk menggiring opini publik supaya aksi teror mereka dimaklumi,” kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya seperti dilansir dari Antara.

Menurut Iqbal, membunuh, membakar, dan menembaki masyarakat sipil pendatang, kemudian melakukan mempublikasikannya di sosial media sebagai kebanggaan, dan menyangkal bahwa korban sipil tersebut merupakan masyarakat tidak bersalah. Hal tersebut kini telah menjadi modus komunikasi Kelompok Separatis Bersenjata di Papua.

Iqbal juga mengatakan merampok uang dilakukan kepada pendatang karena kini KKB tidak kebagian dana Otonomi Khusus (Otsus) dari pemerintah daerah. Akibat larangan tegas Kemendagri kepada kepala daerah yang menyalahgunakan dana Otsus Papua.

“Almarhum Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan ini hanya guru yang tinggal di sini dengan niat mulia mencerdaskan anak-anak Kabupaten Puncak, Papua. Siapapun yang berhati nurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut,” ujar Iqbal.

KKB juga diduga membakar tiga sekolah yang terletak di wilayah tersebut usai insiden penembakan. Pembakaran, diduga dilakukan oleh KKB pimpinan Nau Waker alias Tidak Jadi. Nau Waker sendiri telah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) yang diterbitkan oleh Polres Mimika. Dia diduga terlibat dalam sejumlah kasus kejahatan yang di wilayah itu. (*)