Duta Besar Indonesia untuk Yordania dan Palestina, Andy Rachmianto mengungkapkan bahwa Indonesia konsisten mendukung kemerdekaan Palestina walaupun kondisi geopolitik Timur Tengah (Timteng) terus berubah.

Bagi Indonesia, dukungan kemerdekaan Palestina adalah amanah konstitusi dan wujud kesungguhan dukungan terhadap resolusi PBB terkait Palestina.

“Indonesia berada pada posisi yang kuat, jelas, dan konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Indonesia berupaya memberikan dukungan kepada bangsa Palestina meliputi dukungan politik, ekonomi, sosial, diplomasi kemanusiaan, dan lain-lain,” kata Andy.

Andy mengatakan, hingga saat ini pemerintah aktif menggalang dukungan internasional bagi terwujudnya kemerdekaan Palestina, baik secara bilateral maupun multirateral. Dalam berbagai forum internasional, Indonesia selalu menyuarakan aspirasi kemerdekaan Palestina berdasarkan resolusi PBB.

Saat ini, sedikitnya ada dua tantangan besar yang dihadapi bangsa Palestina. Pertama, menyikapi proposal damai yang dibuat Donald Trump atau Deal of Century. Kedua, masalah aneksasi wilayah Palestina oleh Israel.

“Indonesia sangat serius memandang kedua masalah ini. Bagi kita, masalah ini harus ditempatkan dalam kerangka amanah konstitusi dengan mempertimbangkan poin-poin resolusi PBB,” ujar Andy.

Anggota Komisi I DPR RI Sukamta sependapat dengan Dubes Andy dan menekankan dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina tidak hanya merupakan amanat konstitusi UUD NRI 1945, melainkan juga peran kesejarahan Indonesia yang sukses menggalang Konperensi Asia Afrika (1955).

“Peran sejarah Indonesia mengilhami bangsa-bangsa yang terjajah agar tak lelah memperjuangkan kemerdekaan, semangat yang mungkin tidak dimiliki bangsa-bangsa Arab sekalipun. Kalau mereka menormalisasi hubungan dengan Israel, sementara Palestina belum merdeka, maka Indonesia sebaliknya, Palestina merdeka merupakan syarat untuk mewujudkan normalisasi dan perdamaian,” kata Sukamta.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Institute Indonesia, Lili Nur Aulia menyebut apa yang terjadi di Timur Tengah saat ini secara tidak langsung akan berdampak terhadap proses kemerdekaan Palestina. Karena apapun yang terjadi di kawasan teluk akan bermuara pada isu Palestina dan Israel.

Hal terbaru yang menurut Lili akan berpengaruh adalah dibukanya hubungan diplomatik antara Uni Emirat Arab dan Israel. Lili mensinyalir, hubungan kerja sama ini akan diikuti oleh negara-negara Arab lain.

Lili menyebut ada enam peran yang dapat dilakukan bangsa Indonesia dalam menyikapi isu aktual di Timur Tengah yang akan berdampak pada proses kemerdekaan Palestina.

“Pertama, kita perlu memperkuat jati diri bangsa Indonesia berdasar Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika yang mendukung kemerdekaan dan melawan penjajahan. Kedua, mengikuti perkembangan geopolitik yang memengaruhi persoalan Palestina. Ketiga, menyaring informasi yang benar dan menghindari importasi konflik ke negeri kita,” ujar Lili.

Keempat, menyalurkan bantuan secara legal dan konstitusional. Kelima, bersikap proporsional dan keenam, membantu memberitakan masalah Palestina berdasar sudut pandang yang objektif. Lili menyebut, kontribusi masyarakat sipil dan lembaga kemanusiaan Indonesia dalam keringanan beban derita rakyat Palestina seperti Adara Relief International, Komite Nasional untuk Rakyat Indonesia (KNRP), ACT, PKPU Human Initiative dll., di samping bantuan pemerintah Indonesia.

Adapun diskusi dilaksanakan Center for Indonesian Reform (CIR) berkolaborasi dengan Koalisi Perempuan Indonesia untuk al-Quds dan Palestina (KPIQP) dan Institut Indonesia. Selain Dubes Andy, Sukamta, dan Lili, hadir juga sebagai pembicara Kepala Prodi Kajian Timur Tengah dan Islam, SKSG UI Dr. Yon Machmudi. (*)